Forum Gabungan Komunitas Peduli Rob Pekalongan

Rabu, 31 Oktober 2018

2030 Banjir Rob Bisa Tenggelamkan Pekalongan

Pada tahun 2010 Guru Besar Ilmu Teknik Pengairan Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Imam wahyudi, mengatakan bahwa Jika tak segera ditangani dipastikan Kota Pekalongan akan hilang tenggelam oleh air laut dalam kurun waktu 20 tahun lagi, karena banjir rob semakin meluas dan meninggi  (10/12). Itu artinya jika banjir rob tidak ditangani secara baik maka tahun 2030 Pekalongan akan tenggelam.

Dalam pantauan Media Indonesia pada waktu itu banjir air laut pasang terus meluas dan semakin meninggi di Kota Pekalongan, sehingga merendam sekitar 25 persen dari wilayah kota Pekalongan yaitu meliputi sembilan kelurahan di tiga kecamatan (Kecamatan Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, dan Pekalongan Timur). Ketinggian banjir rob pun terus meningkat dari sebelumnya di bawah 50 cm dan tahun 2010 itu telah mencapai satu meter. Penanggulangan bencana rob di atas, menurut Guru Besar Unisula tersebut, khusus Kota Pekalongan memerlukan anggaran yang cukup besar karena untuk membangun sistem polder.

Dalam sebuah publikasi di http://www.tribunnews.com seorang  Pengamat Perencanaan Pembangunan Nasional Syahrial Loetan, di Jakarta  (16/2/2014) menjelaskan bahwa polder system merupakan sistem tata air yang sedemikian rupa, sehingga lahan budidaya di kelilingi oleh tanggul raksasa. Tanggul-tanggul ini dilengkapi dengan pintu-pintu air yang dikendalikan sesuai kebutuhan. Sungai, saluran-saluran serta waduk2/situ/reservoir yang ada dan yang perlu di rehabilitasi akan menjadi tempat mengalirnya serta menampung kelebihan air akibat banjir.

Polder adalah sebidang tanah rendah, dikelilingi oleh embankment atau timbunan. Atau juga dapat disebut tanggul yang membentuk semacam satu-kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak dengan air dari daerah luar selain yang dapat diatur sesuai kemauan perancang.

Menurut Syahrial, tanggul yang mengelilingi polder bisa berupa pemadatan tanah dengan lapisan kedap air, dinding batu, dan juga bisa berupa konstruksi beton dan perkerasan yang canggih. Sistem polder juga banyak diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai. Serta pada manajemen air buangan (air kotor dan drainase hujan) di daerah yang lebih rendah dari muka air laut dan sungai.

Cara kerja polder adalah pada daerah polder, air buangan (air kotor dan air hujan) dikumpulkan di suatu badan air (sungai atau situ). Lalu dipompakan ke badan air lain pada polder yang lebih tinggi posisinya, hingga akhirnya air dipompakan ke sungai atau kanal yang langsung bermuara ke laut.

Dengan demikian, air tidak akan berkumpul di jalanan atau wilayah permukiman. Sebab, setiap kali air datang dan berkumpul di sungai atau situ. Maka secara otomatis dipompakan ke badan air atau polder lain yang lebih tinggi, yang akhirnya didorong untuk bermuara ke laut.

Namun realisasi pembuatan tanggul penahan banjir rob baru dilaksanakan di Kabupaten Pekalongan tahun 2017, itupun dengan gotong-royong melibatkan masyarakat, pemda, TNI, dan Polri semua ikut mengerjakan dengan teknologi yang sederhana.


Foto pembangunan tanggul, diambil dari harian suara merdeka online
Tanggul yang membentang sepanjang 495 meter dengan ketinggian enam meter itu dibiayai dengan APBD Pemkab Pekalongan sebesar Rp 2,4 miliar melintasi tiga desa di Kecamatan Tirto, yakni Desa Tegaldowo, Mulyorejo, dan Karangjompo.  Pembangunan tanggul itu dianggap berhasil menahan banjir rob yang sebelumnya sering menggenangi masjid, jalan, sekolah selalu terendam rob hingga setinggi lutut.

Atas keberhasilan uji coba tanggul di atas maka pada tanggal 14 desember 2017 dimulailah rencana pembangunan  tanggul raksasa senilai Rp496 miliar untuk mengatasi banjir dan rob di Kabupaten Pekalongan. Pembangunan proyek ini ditandai dengan penandatanganan kontrak kerja sama antara Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum RI dan kontraktor di lokasi bencana banjir rob Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.

Paket pekerjaan pengendalian banjir dan rob di Kabupaten Pekalongan direncanakan dilaksanakan selama 720 hari kerja. Dimulai 14 Desember 2017 dan akan berakhir pada 4 Desember 2019, dengan nilai kontrak sebesar Rp 496 miliar. Paket pekerjaan tersebut meliputi, pekerjaan normalisasi sungai, longstorage dan tanggul, parapet, pengadaan pompa, rumah pompa dan collector drain.

Namun Pembangunan tanggul raksasa penahan rob di kota Pekalongan terkendala cuaca yang tidak menentu. Cuaca yang tidak menentu membuat para pekerja sedikit lamban saat mengambil matrial guna membuat tanggul. Sampai tanggal 2 mei 2018 sejak diresmikan pembangunannya bulan desember 2017 tahap pengerjaan baru sekitar 1,5 persen.  Hal itu tentu saja tak bisa menahan banjir rob yang terus berlangsung.

Alhasil ketika pada tanggal 20 mei 2018 terjadi banjir rob besar-besaran maka 1.363,13 hektar wilayah Kota Pekalongan pun terendam air rob. Di wilayah itu muncul genangan dengan ketinggian air 10 hingga 100 sentimeter. Korban terdampak rob pada waktu itu sebanyak 20.818 kepala keluarga dan warga yang mengungsi sebanyak 3.732 jiwa. Pada waktu itu pemerintah menyediakan 31 tempat pengungsian.

Banjir rob adalah ancaman bagi warga Pekalongan. Perlu langkah cepat dari pemerintah untuk mencegah meluasnya wilayah terdampak banjir rob. Peringatan Guru Besar Unisula akan kemungkinan tenggelamnya Pekalongan pada tahun 2030 jika banjir rob tidak ditangani secara baik sungguh patut direnungkan. (Ashad Kusumadjaya)



Referensi:
https://pekikdaerah.wordpress.com/2010/12/10/diperkirakan-20-tahun-lagi-kota-pekalongan-tenggelam/
 http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/02/16/polder-system-solusi-ampuh-atasi-banjir-jakarta.
http://humas.biroumum.jatengprov.go.id/detail_berita_gubernur?id=443
http://jateng.tribunnews.com/2018/05/02/pembangunan-tanggul-raksasa-penahan-rob-kota-pekalongan-terkedala-cuaca.
https://daerah.sindonews.com/read/1265742/22/atasi-banjir-rob-pekalongan-bangun-tanggul-raksasa-rp496-miliar-1513247612
 http://jateng.tribunnews.com/2018/05/28/136313-hektar-wilayah-kota-pekalongan-terendam-air-rob.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

www.savepekalongan.com

Labels

Kanal Youtube

Pojok Opini