Forum Gabungan Komunitas Peduli Rob Pekalongan

Senin, 01 Oktober 2018

Masyarakat Pekalongan Diminta Aktif Suarakan Bencana Rob

PEKALONGAN- Masyarakat di Pekalongan harus terlibat aktif dalam menyuarakan bencana rob yang sudah terjadi lebih dari 10 tahun. Ini karena sampai sekarang, bencana rob yang terjadi di Pekalongan belum menjadi perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah provinsi dan pusat, bahkan dunia internasional.

Padahal dampak rob sudah sangat memprihatinkan karena bukan sekedar persoalan masuknya air laut ke ribuan pemukiman warga, tapi menciptakan berbagai persoalan sosial. Seperti gangguan kesehatan, rusaknya sekolah, hilangnya mata pencaharian, persoalan sanitasi, gangguan kejiwaan dan berbagai persoalan lainnya.

Hal ini mengemuka dalam pertemuan 20 komunitas yang ada di Kota pekalongan di Rumah Makan Pande Rasa, Minggu (5/8). Pertemuan ini juga dihadiri Lembaga Kemitraan bagi Pembaruan Tata Kelola
Pemerintahan.

Peneliti Kemitraan bagi Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan, Amalia Fubani mengatakan, pada tahun 2017 pihaknya melakukan penelitian mengenai tata kelola pemerintahan berbasis perubahan iklim di Pekalongan.

'' Dari hasil penelitian kami, partisipasi masyarakat sipil masih kurang. Padahal, masyarakat dapat terlibat secara aktif berpartisipasi dalam penanganan rob. Masyarakat dapat memberikan masukan pada pemerintah dan memberikan alternatif solusi,'' katanya.

Dia menjelaskan, bencana rob di Pekalongan sudah bertahun-tahun dan telah banyak tanggul penahan rob yang dibangun. Tapi ternyata itu belum bisa menyelesaikan masalah. Karena itu, berbagai komunitas yang ada di Kota Pekalongan didorong untuk melakukan kampanye berbasis data  agar persoalan rob menjadi pengetahuan bersama, baik pemerintah maupun masyarakat. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui media sosial, film, event khusus dan cara-cara lainnya.

'' Ada bencana besar rob yang sudah terjadi lama, tapi kurang disuarakan oleh masyarakat Pekalongan. Akibatnya, orang tahunya ini hanya soal genangan air saja. Padahal sudah menjadi persoalan yang kompleks dimana masyarakat yang dirugikan. Presiden Joko Widodo saja mungkin sampai sekarang juga tidak tahu kalau rob di Pekalongan sudah sangat parah. Kami berharap, masyarakat termasuk berbagai komunitas di Pekalongan menyuarakan hal ini dengan berbagai cara,'' tuturnya.

Berbasis Data

Masyarakat, lanjut Amalia,  bisa menjadi bersama-sama menjadi peneliti dengan memberikan data-data. Misalnya berapa rumah dan sekolah yang rusak akibat tergenang rob, jumlah warga yang menganggur, anak-anak yang putus sekolah, sampai misalnya dampak dalam kehidupan rumah tangga. Komunitas bisa menyuarakan persoalan rob dengan berbasis data. Data-data yang diberikan tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan untuk pengambilan kebijakan terkait penanganan rob.

Selain 20 komunitas, pertemuan juga dihadiri lima orang aktivis lingkungan dari lima negara yaitu Camilla Tagano (Italia), Dana Bratu (Rumania), Demazieke Pascal (Perancis), Mari Kikuchi (Jepang) dan Yolo (China). Mereka tergabung dalam Gerakan Kerelawanan Internasional (Great) Indonesia.

Camilla Tagino  yang saat ini bekerja  di parleman Uni Eropa mengatakan,  masyarakat Pekalongan harus terlibat aktif melakukan menyuarakan persoalan rob yang dihadapi. Ada banyak mekanisme yang bisa dilakukan, seperti bertemu langsung dengan pemegang kebijakan maupun melalui kampanye di media sosial.

'' Di Pekalongan itu banyak komunitas. Seharusnya komunitas-komunitas itu aktif menyuarakan persoalan rob sebagai sebuah masalah besar. Ini agar persoalan rob bisa didengar oleh berbagai elemen, termasuk pemerintah. Selain melalui media offline, juga bisa dengan cara media online seperti media sosial,'' katanya.(trisno suhito)



Share:

0 komentar:

Posting Komentar

www.savepekalongan.com

Labels

Kanal Youtube

Pojok Opini